Memimpikan Sekolah yang Aman Dari Bencana
Oleh Aang Kusmawan
Jalan Ancol nomor 14 pagi itu masih lenggang. Studio Drya Media (SDM) tempat ngumpul-ngumpul selama empat bulan kedepan untuk membantu sekolah dalam membuat konsep serta praktek sekolah aman masih terlihat sangat lenggang.
Dapur adalah tempat yang paling menarik pagi itu. Ya, menarik karena pagi-pagi memang waktu yang sangat pas untuk menikmati kopi. Kompor segera dinyalakan, susu kental dari salah satu merek tertentu serta kopi hitam dengan merek salah satu binatang buas segera dimasukan kedalam gelas, disusul kemudian oleh air mendidih. Tegukan pertama kopi susu racikan sendiri terasa lebih nikmat daripada kopi susu yang diracik oleh pabrik. Pagi itu terasa semakin lengkap dengan ditemani berita-berita serta artikel politik dari salah satu analisis politik kondang dari ibu kota.
Belum juga habis segelas, kawan-kawan lain mulai bermunculan. Tantri, atau lebih ingin disebut Nikita Wily muncul dengan kresek dan tas hitam kesukaanya. Lalu tak lama sesudahnya, Abet silet, dengan kaos oblong dan tas ransel hitam datang dengan membawa segelas air putih. Ya, laki-laki ini memang agak bukan penikmat kopi, sekaligus juga bukan perokok. Lalu setelah itu, ada Teh Noi, datang dengan jaket kulit berwarna hitam serta tas ransel warna putih. Terakhir, Apay datang dengan tas zebra bersepatu kasual.
Semua anggota tim telah berkumpul. Perjalanan tampaknya akan segera di jelang. Ya, hari ini kami akan berangkat menuju SD Karya Winaya Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung. Tujuan utama keberangkatan kami hari ini untuk memfasilitasi SD Karya Winaya membuat perencanaan sekolah aman, atau saya lebih senang menyebutnya dengan membangun mimpi sekolah aman. Proses perencanaan sekolah aman ini, sebenarnya merupakan pekerjaan kami tahap kedua. Pekerjaan kami di tahap awal adalah melakukan kajian kebencanaan disetiap sekolah.
Kami berlima bergegas menyiapkan semua perlengkapan. Plano, spidol, lakban kertas, kamera serta perlengkapan lainnya segera diangkut ke mobil. Hari ini yang akan membawa kami menuju SD Karya Winaya adalah Teh Noi. Ya, Teh Noi yang akan nyetir. Perempuan ini memang hebat, hampir semua kendaraan yang lajim dipakai oleh orang-orang semua dapat ia kendarai. Adapun kendaraan umum yang tidak bisa dikendarai mungkin hanyalah satu, yaitu Beca.
Perjalanan menuju Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung, tempat SD Karyawinaya segera di Jelang. Kondisi jalan disepanjang Buah Batu tidak terlalu padat. Mobil bisa berjalan dengan cukup lancar. Selepas Buah Batu, memasuki Bale Endah jalanan lebih lenggang. Sedikit kemacetan baru terjadi di sekitar pasar dan alun-alun Banjaran. Mobil tidak bisa dipacu kencang. Teh Noi dengan cukup sabar dan telaten menjalankan mobil. Saking sabar dan telaten, kawan-kawan yang duduk dibelakang masing-masing telah memejamkan mata mereka. Entah apa yang mereka mimpikan ditidurnya.
Selepas Banjaran memasuki Kecamatan Cimaung jalan sangat lenggang, mobil dipacu lebih cepa. Akhirnya dalam hitungan menit kami telah sampai di SD Karyawinaya. Segera saja keempat kawan dibangunkan. Semua perlengkapan segera diangkut kesekolah.
Tampaknya semua guru sedang sibuk mengajar. Kami segera menuju ruang belakang sekolah, yaitu mushola. Kami memang sering berdiskusi di ruang belakang sekolah tersebut, karena ruang kepala sekolah sedang diperbaiki.
Didalam ruangan ternyata sudah ada ibu kepala sekolah. Ibu Dahlia namanya segera menyambut kami. Selian menyambut dengan senyuman khasnya, Bu Dahlia menyambut kami dengan menyediakan beberapa pengganan yang menurut penulis sangat menarik. Ada tape ketan hitam, sasagon, ubi rebus dan yang paling disukai oleh semua orang, yaitu rujak cuka.
Tanpa basa-basi pengganan tersebut kami santap dengan cukup riang. Sambil bercerita tentang sekelumit perjalanan hidup beberapa guru, beberapa sagon serta sepisin tape ketan sudah kami habiskan. Segera setelah sekelumit cerita hidup selesai diceritakan, salah satu guru mengajak kami untuk segera memasuki ruangan tempat dimana akan dilakukan musyawarah perencanaan sekolah aman.
Kami segera menuju ruangan beramai-ramai. Namun ketika memasuki ruangan ternyata telah tersedia nasi dengan beberapa lauknya yang cukup menggoda. Tanpa terlalu banyak bicara, Bu Dahlia memimpin kami untuk menyelesaiakn ritual penting ini. Ikan pesmol, goreng tahu, oseng jamur, serta asin asem manis segera kami nikmati. Tentu saja kami menikmatinya dengan hati yang riang.
Acara inti segera dimulai. Bu Dahlia mengajak kami untuk merapikan tempat duduk serta memperisilahkan Tantri untuk kedepan. Tanpa berbasa-basi, Bu Dahlia membuka acara sambil mengajak kami membacakan Basmalah bersama-sama, lalu dilanjutka dengan pembacaan maksud dan tujuan musyawarah yang akan dilakukan, lalu dilanjutkan dengan memaparkan proses yang akan dilalui bersama-sama selama kurang lebih tiga jam.
Sesi inti pertama adalah pemaparan hasil kajian yang telah kami lakukan terlebih dahulu. Dengan cukup cekatan dan jelas, Tantri mulai memaparka temuan. Pertama kali, Tantri memaparkan kondisi umum Karya Winaya, lalu dilanjutkan dengan paparan kajian Struktural, dilanjutkan dengan pemaparan hasil kajian non struktural.
Inti paparan Tantri mengatakan bahwa secara struktural, bangunan di SD Karyawinaya sebagian besar belum memenuhi prasyarat struktur bangunan sekolah aman. Namun beberapa bagian penting struktur sekolah aman telah terpenuhi. Contohnya adalah dalam masalah pembesian. Namun dalam beberapa bagian besar komponen arsitektural belum terpenuhi.
Semntara itu, pada komponen non struktural yang dilihat dari sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan dalam kebencanaan, diketahui bahwa pengetahuan tentang kebencanaan di SD Karyawinaya masih minim. Hal ini seiring dengan wilayah sikap dan tindakan dalam kebencanaan. Hal lainnya dalam wilayah non struktural adalah dokumen kebijakan sekolah serta perencanaan sekolah. Hasil kajian mengatakan bahwa sekolah belum memiliki dokumen kebijakan tentang sekolah aman.
Setelah Tantri memaparkan hasil temuan tersebut, sesi tanya jawab di mulai. Secara umum tidak ada sanggahan atas temuan Tantri tersebut. Semuanya sepakat dengan hasil temuan. Adapun yang ikut unjuk bicara hanya memberikan tambahan data.
Sesi berikutnya adalah membuat peta evakuasi bencana. Hal ini didahului dengan proses pembiatan sketsa sekolah secara dasar. Dalam proses ini semua komunitas sekolah dilibatkan, mulai dari siswa-siswi, guru-guru, kepala dan komite sekolah semua terlibat. Proses pembuatan peta evakuasi bencana ini menjadi cukup riuh, karena semua terlibat dengan aktif.
Pemaparan hasil kajian sekolah sudah selesai. Proses selanjutnya segera dijelang. Pak Agus segera didaulat oleh forum untuk memandu proses pembuatan visi dan misi tersebut. Pak Agus tampaknya telah cukup berpengalaman dalam membuat visi dan misi. Segera saja perdebatan diarahkan dalam pemilihan kata kunci di Visi.
Ada tiga kata kunci yang diberkembang di forum. Pertama, adalah membangun. Kedua, menciptakan. Ketiga, adalah mengembangkan. Setelah berdebat cukup sengit, akhirnya forum memilih kata kunci mengembangakn. Setelah itu lalu kemudian disepakati tentang redaksional dari visi itu sendiri. Rupa-rupanya, kata visi tersebut menjadi kunci pembuka cukup penting bagi proses berikutnya.
Hal itu terbukti dari proses perumusan misi yang relatif cepat. Tiga misi sekolah aman dirumuskan dengan cepat. Misi yang dibuat mencakup wilayah fisik dan non fisik. Visi dan misi telah dibuat, Pak Agus telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Semua bertepuk tangan. Keriangan masih saja terlihat di wajah guru-guru siang itu.
Tantri kembali mengambil alih forum. Agenda berikutnya adalah merumuskan program kerja awal. Karena pada tahapan sebelumya telah terjadi disikusi yang dinamis, maka proses perumusa program kerja dapat diselesaika denga cepat.
Secara umum program kerja di bagi kedalam dua bagian. Bagian pertama, mengenai program kerja yang terkait dengan pembanguna fisik. Sementara bagian kedua adala yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Secara umum, program sumber daya manusia dikaitkan dengan tujuan belajar disekolah yang dibagi kedalam tiga bagian, yaitu wilayah kognitif, apektif dan psikomotor. Untuk diwilayah kognitif disepakati untuk membuat program kerja peningkatan pengetahuan tentang kebencanaan. Sementara itu untuk wilayah afektifnya adalah menyiapkan mental guru dan peserta didik dalam hal kebencanaan. Untuk wilayah psikomotrnya adalah meningkatan kemampuan teknis guru dan peserta didik dalam menghadapi bencana, baik sebelum bencana terjadi atau sesudah bencana terjadi. Tanpa menyisakan perdebatan yang alot, proses perumusan program kerja berhasil diselesaiakn dalam waktu yang tidak terlalu panjang.
Salah satu faktor penting cepatnya proses pendiskusian adalah kekompakan dari guru-guru dalam menyatukan pendapat. Selain itu, tidak adanya debat kusir dalam proses perumusan program kerja merupakan faktor penyebab sesi ini menjadi cepat berlalu. Faktor selanjutnya adalah karena proses perumusana visi dan misinya disusun dengan cukup interaktif antar semua peserta.
Proses terakhir dari musyawarah hari hari itu adalah pendiskusian mengenai gagasan awal dalam pembuatan prosedur tetap pemeliharaan bangunan dan evakuasi bencana serta peringatan dini. Tantri menjelaskan secara singkat mengenai tujuan, langkah serta beberapa contoh kecil prosedur tetap tersebut. Lagi-lagi tanpa proses yang alot, panitia penyusunan prosedur tetapt segera terbentuk. Pak Anang, ketua proyek rehab sekolah didaulat untuk menjadi ketua pelaksananya.
Dengan terbentuknya panitia penyusunan prosedur tetap, tahap akhir penyusunan perencanaan sekolah aman telah selesai dilalui. Acara menginjak pada proses selanjutnya, yaitu proses penutupan yang akan dilakukan oleh Bu Dahlia selaku kepala sekolah.
Namun sebelum penutupan dimulai, Tantri, mewakili kami berlima memberikan kejutan kecil untuk Bu Dahlia. Ya, kejutan kecil tersebut berupa ucapan selamat ulang tahun kepada Bu Dahlia yang kebetulan pada hari tersebut sedang berulang tahun. Selain mengucapkan selamat ulang tahun, kami juga memberikan hadiah kecil yang sudah disiapkan oleh Tantri dan lainnya dikantor.
Menerima kejutan kecil tersebut, Bu Dahlia nampak berseri. Mimik wajahnya memperlihatkan rasa senang karena kejutan dan hadiah kecil dari kami. Tanpa banyak berbasa-basi, Bu Dahlia mengucapkan terimakasih kepada kami serta langsung menutup acara musyawarah perencaaan sekolah tersebut. Segera setalah penutupan oleh Bu Dahlia, acara dilanjutkan dengan sesi foto bareng. Kami semua bergegas pergi kedepan kelas, berbaris dengan manis untuk foto bersama. Segera setelah sesi foto bareng kami semua bersalama dan saling mengucapkan terimakasih atas hari yang luar biasa tersebut.
Proses perencanaan sekolah aman di SD Karyawinaya telah selesai dilaksanakan. Semoha saja, perencanaan (baca :mimpi) yang dibangun di siang bolong tersebut, tidak lantas kemudian menjadi betul-betul mimpi disiang bolong. Kami semua anggota tim bersepakat untuk bersama-sama dengan guru-guru di SD Karyawinaya mengembangakn sekolah yang aman.
Tidak terasa, sore telah menjelang. Cuaca panas perlahan telah berganti dengan cuasa yang cukup sejuk. Segera saja kami bergeas mengangkut semua perlengkapan kedalam mobil. Perjalan menyusuri jalanjalan Kabupaten Bandung yang sunyi sekaligus riuh akan akan segera kami jelang. Ah, semoga saja proses disekolah lain tidak jauh beda dengan di SD Karyawinaya. Semoga tuhan selalu memberikan kemudahan kepada kami.
Studi Drya Media, 4 Agustus 2012..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar